Baiklah kita mulai apa itu penyair dalam sudut pandang status sosial. Sebagaimana berproduk apresiasi maka penyair adalah juga seorang seniman.
Anda pernah mendengar lagu keroncong "Idaman Seniman" ? saya lupa ciptaan siapa. Tetapi isi syairnya menceritakan hasrat menggebu seorang yang menginginkan menjadi seniman. Satu bait dalam syair itu menginginkan popularitas . Jadi seorang penyair berujung cita-cita ketenaran yang maksimal. Maka wajar apabila mereka (penyair) berusaha populair disamping proses karyanya.
Banyak yang tidak mengerti sejatinya seniman. Terkadang penilaian hanya memandang pada seniman-seniman yang berhasil. Sorotan media, publikasi, serta perhatian masyarakat untuk mereka saja yang telah mencapai tangga puncak. Karena itu penilaian terkadang justru tak menghargai seniman yang tetap pada keadaannya yang memprihatinkan namun tetap komit pada bidangnya. Jika itu terjadi di dunia kepenyairan hal ini penyair-penyair daerah perlu mendapat perhatian serius. Banyak sekali penyair-penyair yang berkarya sastra bagus namun tidak terakses dalam dunia penerbitan bahkan kesempatan diri untuk tampil di publik. Karya yang bagus terkadang disepelekan dimana orang memandang hanya mereka yang tampak berhasil saja.
Sebagai contoh saya pernah membaca seorang yang mersa berhasil menghina keadaan seniman-seniman (penyair) yang tak beruntung ini. Mereka sebut kami orang - orang yang di lapis bawah ini sebagai "tukang peminta-minta" , 'tukang buat proposal', bahkan sampai pada tuduhan "benalu". Hebat benar dia itu , sejauh mana ia dirugikan komunitas kita seniman lapis bawah ini. Jangan-jangan dialah yang melakukan perbuatan itu dan melebihi apa yang diperbuat kita. Cara pandang semacam ini jelas tidak menggunakan nalar pikir yang sehat. Apalagi dia berlatar belakang pendidikan tinggi. Sudah dipastikan penelitiannya asal.
Inilah liku kehidupan penyair ada yang sukses ada pula yang masih tertingal segalanya, yang merasa sukses tentu berkat perjuangannya dan yang belum beruntung tetap berjuang menggapai cita-citanya. Kita hidup tidak sendiri, masih banyak kawan kita yang membutuhkan kebahagiaan di dunia kepenyairan. Berilah seteguk air agar tersenyum, berilah senyum agar mebalas senyum , berilah hormat sesama 'sopir bis', dan ajak kami ikut berbahagia.
Tetapi semua itu bukan tujuan mereka para seniman /penyair di daerah bukan-bukan itu yang dibutuhkan. Kita tak butuh hormat, atau apapun bentuhknya tetapi marilah saling menghargai.