Salah satu tahapan kedewasaan itu mengalami cobaan, kecil dan besar, menjadi pengalaman yang akan dapat sebagai 'pelajaran diri dengan digurui sendiri. Siapa mengalami ini akan mendapat ujian berikutnya.
Dengan demikian ujian selalu hadir dalam hidup, silih berganti ujian baru. Kalau begitu hidup adalah ujian. Jika hidup adalah ujian, maka terbiasalah menghadapi ini dengan jernih.
Ujian hidup silih berganti itu memiliki tantangan berbeda-beda dan kadang persoalan baru yang belum dapat dipecahkan. Jika demikian benar jika belajar sepanjang hanyat diterapkan dalam diri kita agar menghadapi soal-soal baru kita dapat memecahkannya.
Bobot ujian dalam hidup itu tergantung siapa melakoni, dan yang melakoni itu dapat memandang bobotnya. Dikatakan ringan atau berat tergantung yang melakoni, sebab cara penyelesaian ujian hidup itu berbeda-beda.
Apakah cobaan hidup yang datang itu akan berlalu dengan sendirinya? Jawabnya tergantung Anda mensisakan persoalannya.
Oh kalau begitu ujian dalam hidup ini adalah teman diri kita. Ya, buatlah dia sebagai sahabat agar dia (ujian hidup yang mengeiringi kehidupan diri) mengerti diri kita.
Jika ujian hidup dalam kehidupan diri kita jadikan sahabat maka tiada sepi diri kita.
Sebab kita memiliki aktifitas untuk menyelesaikan ujian itu. Tergantung ,seni aktifitas itu. Sebuah cara penyelesaian yang tidak mengganggu tujuan hidup diri dan keluargamu.
Apakah ujian hidup yang datang pada diri kita akan dapat diselesaikan orang lain? Jawabnya tegas tidak. Meski orang lain memberikan prosentase bantuan penyelesaian , tegas aku katakan tidak. Karena ujian diri itu dinilai oleh diri sendiri dengan nilai dari kejujuran diri.
Keliru jika orang mengatakan "Jika hidup ini adalah ujian maka dunia tak begitu indah." Justru keindahan adalah muncul dari apresiasi persoalan ujian itu.
Rasa keindahan itu pernah kalian alami seperti rasa : plong! setelah menyelesaikan persoalan, rasa bahagia, rasa gembira, rasa penyesalan, rasa bersyukur dan banyak lagi apresiasi lainnya.